Sosok Ayah dalam Puisi Anak

Sosok Ayah dalam Puisi Anak
IBW  Widiasa Keniten

Anak adalah masa depan orang tua, bangsa, dan negara. Orang tua tentu tidak ingin anaknya tergangu perkembangan intelektualnya , mentalnya, emosionalnya, dan juga sepritualnya. Untuk itu, perlu menciptakan suasana yang kondusif dalam sebuah keluarga. Ciri khas sebuah keluarga yang bahagia dapat dilihat dari anaknya. Begitu juga sebaliknya, sebuah keluarga yang kurang sehat akan terlihat pada anaknya. Keluarga yang tidak harmonis  membuat anak  tidak berkembang secara maksimal

             Gejolak dan perasaan anak  dapat ditemukan dalam puisi yang ditulisnya. Gambaran mengenai kejujuran dan pandangannya, pendapatnya mengenai sosok ayah dapat ditemui dalam sebuah puisi yang ditulisnya. Daya kreasi dan kreativitas anak bisa ditemukan dalam puisi – puisinya.
            Anak di samping mampu mencipta juga mampu menyuarakan ketimpangan dan kelebihan – kelebihan yang dimiliki bagi seorang ayah. Sosok ayah yang ideal tetap diharapkan bagi anak. Dalam sebuah keluarga sosok ayah bisa menjadi panutan, menjadi contoh dan kebiasaan – kebiasaannya akan mempengaruhi jalan hidupnya. Sikapnya setelah remaja, setelah dewasa ternyata banyak dipengaruhi oleh situasi keluarga. Keluarga yang damai, tenang, rukun akan melahirkan anak yang damai dan terbiasa menghargai orang lain.
            Kebiasaan – kebiasaan yang sering diamati, dilihat oleh anak akan membekas sampai ia dapat menemukan jati dirinya. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan. Dalam perkembangan mentalnya selanjutnya, juga akan terbiasa dengan kekerasan. Untuk itu,  perlu sosok ayah yang bisa menjadi panutan bagi anak – anak tercintanya.

Bahasa Puisi Anak
            Bahasa adalah wadah dan sekaligus media puisi ( Jendra, 2009: 7). Dengan bahasa, seseorang akan dapat menciptakan, mengolah rasa dan pikirannya sehingga terwujud sebuah karya sastra khususnya puisi. Seorang penyair tentulah akan mengolah bahasa itu menjadi sesuatu yang unik, menarik, bahkan akan terasa berbeda degan bahasa – bahasa yang  dipergunakan dalam berkomunikasi. Bahasa dalam puisi diberikan kekuatan lebih dengan menambahinya dengan nilai konotatif, termasuk majas – majas yang dipilihnya. Melalui bahasa seorang penyair menciptakan puisi. Melalui bahasa mengugah pembaca untuk menikmati puisinya.
 Bagaimana halnya bahasa puisi anak? Bahasa puisi anak ditandai dengan kesederhanaan. Menurut Tusti Eddy ( 1984 : 92) pengungkapannya sangat lugas sehingga mendekati pengungkapan ide dalam bahasa sehari – hari. Puisi anak – anak sangat jarang menggunakan simbol.
Bahasa puisi tidak terlalu banyak melakukan eksplorasi bahasa dalam penciptaannya. Bagi anak yang terpenting adalah mampu mengungkapkan yang ada dalam dirinya. Masalah enak, bagus tidak terlalu dipikirkan. Kejujuran dalam hati lebih ditonjolkan. Hal ini sesuai dengan dunianya anak – anak. Kesederhanaan itulah yang mencirikannya jika dibandingkan dengan puisi remaja maupun orang dewasa. Daya ungkap yang sederhana. Bentuknya juga sederhana. Metafora – metafora yang dipilihnya pun yang dekat dengan dirinya dan lingkungannya. Menikmati puisi anak seakan melihat rekaman dunianya.
Ayah dalam Puisi
            Seorang anak terkadang mengagumi orang tuanya. Sosok ayah yang ideal. Ayah yang membimbing anak –anaknya. Ayah yang bijaksana. Ayah menaati segala perintah – perintahnya. Ayah yang bertanggung jawab dan bekerja menjaga keutuhan keluarga. Ayah yang seperti itu akan amat dihormati dan disayangi oleh anak. Dapat kita lihat pada puisi Ayah di bawah ini:

AYAH

Ayah
Engkau adalah pembimbing
Bagi kami sekeluarga dan juga
Sebagai contoh untuk kami
Sikapmu begitu adil dan bijaksana
Yang membuat kami patuh akan tatatertib keluarga

Ayah
Engkau bekerja siang malam
Demi menopang hidup kami
Ayah kami sangat sayang padamu

( Ni Wayan Dewi Astiti,  Metropoli, Edisi No. 4 Th. 2009).

            Seorang anak ternyata tidak hanya mengagumi anaknya. Ia juga menaruh kebencian , kemarahan lebih – lebih melihat kesewenang – wenangan yang dilakukan terhadap ibunya. Anak tidak diam melihat kelakuan ayahnya yang bersikap otoriter terhadap ibunya. Dalam hal ini, keluarga yang selalu berada dalam ketegangan, ketakutan secara tidak langsung akan membuat anak menjadi hilang rasa hormatnya. Sosok ayah sebagai teladan hilang di hatinya. Meski dalam hal – hal teretentu, sang ayah menyayangi sang anak. Akan tetapi, suasana keluarga yang tidak sejuk, tidak kondusif akan menjauhkan anak dari keluarga.
 Dalam puisi ini juga tergambar kekerasan dalam rumah tangga. Seorang ayah yang menyiksa lahir batin seorang ibu. Seorang ibu yang melahirkan, menyusui anak – anaknya. Kekerasaan dalam rumah tangga jika terus – menurus terjadi akan mengakibatkan anak terbiasa dengan kekerasan. Rekaman kekerasan ini terbawa sampai ia remaja,dewasa, bahkan jika anak sudah berumah tangga. Seperti  puisi Kepada Ayah di bawah ini :

KEPADA AYAH

Pergi! Pergi! Pergi!
Begitu ayah berkata
Dengan suara keras sekali
Setiap kali murka


            Apa salah ibu?
            Apa dosa ibu ?
            Bukankah ibu payah bekerja
            Untuk makan kita ?
Sadarlah ayah
Insyaflah ayah
Kasihani ibu
Sayangi ibu
Seperti ayah menyayangi aku
           
 ( Pande Putu Vilya Pratiwi, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. 2009, Hasil Karya Sastra. )

            Sosok ayah pada anak ternyata dapat ditemukan dalam puisi. Puisi mampu menyuarakan kegelisahan anak. Anak tidak selalu memuji ayahnya. Terkadang anak membenci dan merasa takut terhadap anak. Keluarga yang kondusif akan mempengaruhi perkembangan intelektual, mental, emosional, dan spiritual anak.

                                                                        Penulis adalah Guru SMAN2 Amlapura

Labels: