Pembelajaran
Puisi Remaja
Oleh
IBW Widiasa Keniten
Pendahuluan
Remaja ternyata
penuh dengan kreativitas. Salah satu kreativitas remaja adalah menciptakan
karya sastra berbentuk puisi. Puisi sebagai media untuk mengungkapkan
kemarahannya, kebenciaannya, dan juga kasih sayangnya terhadap sesama, Tuhan,
dan juga kesadarannya terhadap lingkungan hidup. Masa remaja jika tidak
disalurkan melalui hal – hal yang positif dan konstruktif akan menjadikan masa
remaja itu masa yang rawan. Seperti yang dikatakan oleh Farah Agustin
( Bali Post, Minggu, 20 Desember 2009 halaman
4) masa remaja atau usia muda adalah usia paling rawan dalam kehidupan anak –
anak.Salah mendidik anak akan menjadikan
sosok yang angkuh, egois, dan pemberontak. Sebagai penghargaan terhadap kreativitas
karyanya berupa puisi perlu dibelajarkan di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pembelajaran puisi
pada intinya mengharapkan agar anak didik mampu mengapresiasi sebuah karya
puisi. Di dalam sebuah puisi terkadung niilai – nilai kemanusian yang dapat
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari – hari. Puisi remaja ternyata tidak hanya
mengungkapkan masalah – masalah yang berkaitan dengan dunia remaja. Penulis
puisi remaja juga mengungkapkan kritik dan penilaiannya terhadap kehidupan
sosial, ketimpangan social. Dan pandangannya terhadap dunia – dunia yang
menurutnya sering timpang, tidak sesuai dengan harapan.
Remaja bukanlah generasi yang berdiam diri melihat perubahan sosial .
Remaja juga mampu menyuarakan ketimpangan – ketimpangan sosial. Di samping
mengungkapkan dunia remajanya yang ditandai dengan permasalahan cinta, kasih
sayang terhadap lawan jenis, putus cinta, misalnya.
Nyoman Tusthi Eddy ( 1984 : 90) menyatakan bahwa puisi remaja tidak selamanya
ditulis ( buah pena) kaum remaja meskipun sebagian besar memang hasil karya
kaum remaja. Tema – tema dan ide – ide yang ditampilkan selaras dengan pikiran,
emosi, cita –cita, hasrat, dan sikap kaum remaja. Puisi remaja tidak berarti
memiliki nilai rendah dari puisi para penyair yang sudah terkenal/mapan. Dengan
demikian, puisi remaja tetap memiliki nilai sastra.
Dari pernyataan di atas tersirat bahwa
puisi remaja tetap diperhitungkan dalam perpuisian Indonesia juga dalam pembelajaran karena dalam puisi
remaja nilai – nilai sastra. Pembelajaran puisi remaja akan memberikan nilai
lebih pada remaja karena karya ciptanya tetap diperhitungkan dan dihargai dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran sebenarnya juga memperkenalkan dunia remaja
semakin dekat. Kedekatan dalam pembelajaran menjadikan pembelajaran itu semakin
bermakna, berguna, bernilai dalm hidupnya.
Ciri – ciri Puisi Remaja
Setiap karya pusi
mempunyai ciri ciri yang membedakannya dengan karya puisi yang lain. Puisi
remaja tentulah memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan dunianya dan yang
diungkapkannya. Nyoman Tusthi Eddy ( 1984 : 90 ) merinci kekhasan dari puisi
remaja yang menurutnya memiliki cirri tersendiri.
- Pengungkapannya
lebih lugas bila dibandingkan dengan puisi para penyair yang sudah mapan;
- Diksi
puisi remaja menunjukkan adanya emosi dan hasrat yang meluap karena girang
dan semangat atau melankolis karena sedih dan kecewa;
- Berdasarkan
hal tersebut ( no.2) puisi remaja pada umumnya menggunakan perumpamaan dan
ungkapan lembut atau sebaliknya , keras. Ungkapan – ungkapannya bersifat
idealis dan merangsang daya khayal.
Dari ciri – ciri yang tertera
di atas menyatakan bahwa dunia remaja bisa terungkap melalui puisi.
Artinya, dunia remaja yang penuh dengan kreativitas dan gejolak yang tinggi
dapat ditemukan dalam puisi remaja.
Berikut ini contoh
puisi remaja yang dimuat pada Wiyata Mandala , Jumat, 30 Oktober -12 November
2009.
Kepada Seorang Ayah
yang Berbahagia
Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
Saat kau membacakan baris – baris kasih sayang
Kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmamu
Hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu
Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
Seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
Coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
Kepadamu yang kini duduk
menyaksikan ilham Allah
Merasuki tulang- tulang tuamu
Adakah aku akan melihat orangtuaku
Sebahagia lantunan nyanyian hatimu
Yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
Aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
Yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
Aku berusaha menutupi jalan untuk air matamu
Yang tak sanggup menahan keharuan
Menuntut jalan keluar
Mungkin hendak berteman dengan air matamu
Oleh
Sanjaya Adi Putra
SMAN
8 Denpasar
Rintihan Bumiku
Bumiku merintih lemah
Saat manusia memijakkan titik hitam
Menangis dan mengaduh
Ditindas dosa dan kemunafikan
Meratap mencari kebenaran
Dalam kehampaan sanubari
Mengais – ngais keadilan
Yang terpendam dalam hati sang diktator
Ke mana bumiku ‘kan
mengadu…?
Yang terdengar hanya pekikan semu
Dari bibir - bibir licik
Menyerukan seribu kebohongan
Sadarlah … kamu kaum jalang penindas
Tak dengarkah engkau rintihan bumiku?
Tak dengarkah engkau tangisan menyayat hati?
Kapankah bumiku ‘kan
kembali
Sadarlah………
Oleh
Poernamie
SMKN
2 Denpasar
Dari dua buah puisi
di atas ternyata remaja memiliki rasa sosial yang tinggi. Penghormatan terhadap
orang tua yang telah memberikan kasih sayangnya, pada puisi Kepada Seorang Ayah
yang Berbahagia. Kecintaan terhadap bumi
dapat ditemukan dalam puisi Rintihan Bumiku.
Artinya, remaja pun peduli terhadap lingkungan sosial, dan lingkungan
alam.
Teknik Pembelajaran
Teknik berkaitan
dengan cara pembelajaran. Sesuai dengan konsep pembelajaran puisi agar anak
menikmati dan mampu menangkap nilai – nilai yang terkandung di dalamnya.
Pembelajarannya dapat dimulai dengan pembacaan puisi. Pembacaan bisa dilakukan
oleh guru atau oleh siswa. Akan lebih baik lagi jika pada saat pembelajaran
juga diputarkan musik instrumental yang mampu mendukung puisi. Musik
instrumental yang dipilih jangan sampai mengalahkan suara si pembaca puisi.
Setelah selesai membacakan puisi tanyakanlah kepada siswa, misalnya. Bagaimana
perasaannya saat mendengarkan puisi tadi ? Berikan kebebasan siswa untuk
berpendapat. Pendapat siswa yang beragam menandakan siswa itu mampu menikmati
puisi. Jangan sekali – kali menyalahkan pendapat siswa karena dalam puisi ada
multiinterpretasi, beragam tafsir. Keberagam itulah yang dituntut dalam puisi. Ada ruang demokratis dalam
pembelajaran.
Setelah selesai
mendengarkan komentar siswa dilanjutkan dengan menemukan m majas. Majas yang paling dominan dalam
puisi, biasanya metofora, misalnya dalam puisi Kepada Seorang Ayah yang
Berbahagia. Puisi di atas ada beberapa metofora. Misalnya,butir air mata,
baris- baris kasih saying,buah hatimu, butir
air mata menggantung di sukmamu, menyeruak ke dunia menemani keharuanmu, Merasuki
tulang- tulang tuamu, nyanyian hatimu, menggores bayangan butiran air matamu, berteman
dengan air matamu.
Metafora dalam
puisi Rintihan Bumiku, misalnya, bumiku merintih, memijakkan titik hitam, Meratap
mencari kebenaran, kehampaan sanubari, Mengais – ngais keadilan, bumiku ‘kan mengadu, bibir -
bibir licik, seribu kebohongan.
Penemuan metafora –
metofora itu dapat dijadikan indikator bahwa anak didik sudah dapat
mengapresiasi puisi.
Akan lebih mendalam
lagi jika dianalisi rimanya ,persamaan bunyinya, Misalnya, rima /m u / dan / u/
yang terdapat pada larik puisi Kepada Seorang Ayah yang berbahagia.Rima /an/
pada puisi Rintihan Bumiku.
Menutup Pembelajaran
Saat akan menutup
pembelajaran ajaklah siswa untuk merenungkan makna puisi dan nilai - nilai yang
terdapat di dalamnya. Akan lebih baik lagi jika siswa disuruh membuat resume
tentang pembelajaran yang didapatkan. Misalnya, pusi remaja ternyata tidak
selalu mengungkapkan tentang percintaan seorang remaja putra dengan seorang
remaja putri. Puisi remaja juga mengungkapkan nilai – nilai sosial, dan
kepeduliannya terhadap lingkungan.
Simpulan
Pembelajaran puisi
remaja akan menjadikan peserta didik dekat dengan dunianya. Khususnya dunia
remaja. Dunia remaja yang ditandai dengan gejolaknya emosi untuk menemukan
identitas dirinya. Pembelajaran puisi remaja membuat diri remaja semakin
dihargai. Karya – karya puisi remaja tidak hanya mengungkapkan jatuh cinta
dengan lawan jenis, tetapi juga perhatiannya terhadap masalah masalah sosial
kemasyarakatan.
Penulis adalah guru SMAN 2 Amlapura
Daftar Pustaka
Bali
Post. Minggu,20 Desember 2009. Mengapa
Remaja Cenderung Melawan.
Djojosuroto,Kinayati.
2006. Analisis Teks sastra dan
Pengajarannya.Yogyakarta : Pustaka.
Kurikulum KTSP SMA/MA.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta
: Gramedia.
Tusthi Eddy, Nyoman 1984.Pengantar Singkat Keragaman dan Periodisasi
Pembaruan Puisi Indonesia.Ende – Flores: Nusa Indah.
Wiyata Mandala. November 2009.Sajak
Kompetesi. Denpasar : Bali Post.
Labels: Artikel