Tumbuhkan Sastra Lewat Mading



Tumbuhkan Sastra Lewat Mading
Oleh IBW Widiasa Keniten

            Karya sastra yang ditulis siswa baik berupa cerpen,  puisi, - puisi berbahasa daerah, Indonesia maupun asing - dapat dipajangkan di mading ( mading). Karya – karya siswa tidak hanya dinikmati oleh dirinya saja  juga oleh temannya. Bahkan, terkadang terjadi apresiasi setelah membacanya. Karya – karya  kreatif siswa mempunyai makna bagi dirinya maupun bagi orang lain. Mading sebagai ajang memperkenalkan karya kreatif siswa.
            Mading  dalam sebuah lembaga pendidikan memegang peranan yang amat penting terutama untuk membina bakat atau sebagai ajang pelatihan menulis. Kegiatan menulis merupakan kegiatan mengombinasikan semua keterampilan berbahasa mulai dari mendengar, berbicara, membaca dan puncaknya pada menulis. Semua keterampilan berbahasa itu meski dikuasai dan terus – menerus dipelajari serta dilatihkan. Tidak mungkin seseorang dapat menulis tanpa menguasai ketiga keterampilan itu secara baik. Keterampilan – keterampilan berbahasa  itu saling menunjang.
            Menulis karya sastra bisa lewat mendengarkan pembicaraan orang lain. Hal –hal yang unik yang diperoleh dari mendengarkan  pembicaraan itu diolah sebagai  tulisan apapun wujudnya puisi maupun cerpen.            
            Bapak Taufiq Ismail pernah mengatakan bangsa kita buta membaca lumpuh menulis. Tentu kita tidak ingin dicap generasi yang buta membaca dan lumpuh menulis. Kita mesti menjadi bangsa yang maju dan mampu bersaing dan memenangkan persaingan. Itu berarti kegemaran membaca dan menulis perlu terus ditingkatkan.Luangkan waktu untuk membaca. Luangkan waktu untuk menulis.Jadikan  membaca itu  sebagai  kebutuhan.

Dasar Kecintaan
            Menumbuhkan kegemaran menulis karya sastra, perlu didasari dengan kecintaan terhadap karya sastra. Guru bersama siswa sama – sama membangun dan membiasakan dirinya bergaul dengan sastra. Pergaulan dengan karya sastra sebagai langkah awal agar bisa menumbuhkan kegemaran menulis. Menulis karya sastra perlu adanya proses. Proses membaca, membandingkan, mendiskusikan karya sastra yang tercipta.
            Menciptakan karya sastra mengomunikasikan bahasa, imajinasi, dan daya kreativitasnya.
           Majalah dinding sebagai sarananya yang diadakan di setiap sekolah amat penting dan terus ditumbuhkan. Mading sebagai ajang memupuk kreativitas menulis. Mading  sebagai pengungkapan pikiran dan perasaan lewat bahasa tulis. Beragam tulisan dapat diungkapkan lewat majalah dinding. Misalnya tajuk rencana atau editorial, artikel, featura ( karagan khas), berita kegiatan sekolah, karangan kreatif siswa, seketsa, karikatur dan sebagainya.
Karangan kreatif bisa berupa sketpro, short short story, cerpen ( cerita pendek), puisi . Model penataannya bisa didiskusikan dengan teman. Sarana yang dipakai bisa dari bambu atau koran bekas sebagai latarnya. Yang penting kelihatan unik dan merangsang orang lain untuk membaca. Kreativitas siswa dalam menulis karya sastra diwujudkan dengan bahasa – bahasa yang terkadang menggelitik untuk dipelajari, dibaca, dan didiskusikan. Mendiskusikan karya anak bisa dilakukan di kelas maupun di luar kelas. juga mengajak siswa yang menulis karya sastranya di mading masuk kelas dan ditanyai proses kreatifnya. Siswa – siswa akan lebih bervariasi dapat informasi mengenai penciptaan sebuah karya sastra. Siswa yang karyanya dibicarakan merasa dihargai oleh guru dan juga teman – temannya. Artinya, karya siswa yang termuat di mading tidaklah mentok sampai di sana selanjutnya tidak terurus lagi.

Perhatian Khusus
            Pendumentasian karya kreatif siswa perlu dilakukan. Karya – karya uniknya sesuai dengan tingkat perkembangan dan daya kreativitasnya yang optimal tidaklah lewat begitu saja. Akan tetapi, mempunyai manfaat bagi dirinya, orang lain, dan juga sekolah. Karya – karya kreatif siswa ini dapat dijadikan sumber belajar – mengajar. Dengan demikian, kehadiran karya kreatifnya tidaklah sia –sia.
Mading sebagai ajang pelatihan menulis kreatif hendaknya mendapatkan perhatian secara khusus dari semua komponen sekolah, siswa , guru, pegawai, dan kepala sekolah  Pembinaannya pun dilakukan secara kontinyu. Pelatihan – pelatihan yang berkesinambungan akan menjadikan siswa bisa mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Terutama membangkitkan kreativitas dan bakat – bakat yang terpendam. Dengan menulis, membuat sejarah dalam hidup ini.


                                                                        Penulis adalah guru SMAN 2 Amlapura


           

Labels: