Ibu dalam Dua Kumpulan
Puisi Joko Pinurbo
IBW Widiasa Keniten
Dua buah kumpulan puisi Joko Pinurbo
yang diterbitkan oleh Motion Publising tahun 2014 masing-masing berjudul Surat
Kopi dan Bulu Matamu Padang Ilalang. Joko Pinurbo seorang sastrawan yang lahir
di Sukabumi, Jawa Barat, 15 Mei 1962 yang telah mendapatkan Khatulistiwa
Literary Award tahun 2005 mengungkapkan kekagumannya pada seorang ibu. Sebagai
seorang sastrawan, Joko Pinurbo merasakan getar-getar kasih sayang yang tulus
suci di hati seorang ibu.
Puisi Mata Ibu misalnya
mengilustrasikan betapa kekuatan seorang ibu yang mampu membersihkan segala
duka yang dialami manusia. Seorang Joko Pinurbo merasakan kesejukan dalam hati
seorang ibu. Joko Pinurbo menggunakan kata hujan. Hujan sebagai sebuah simbolis
kesejukan. Hujan cinta itu mampu melepaskan bercak-bercak yang mengotori
perjalanan hidup manusia.
Perhatikan puisi Mata Ibu di bawah
ini:
Mata Ibu
Setiap
memandang matamu, Bu,
aku
melihat hujan sedang membersihkan senja
yang
kusam oleh bercak-bercak waktu
Matamu
adalah mataku
Matamu
melahirkan air mataku
(Surat Kopi, 2014:14)
Jika ada ungkapan surga ada di
telapak kaki ibu. Joko Pinurbo melihat dari sudut seorang bayi bahwa surganya
ada di dalam susu sang ibu. Lewat susu pemberian sang ibu, cinta dan kasih
sayang itu tersalurkan. Harapan seorang Joko Pinurbo agar surga itu muncul pada
susu-susu yang lain. Ia mengharapkan susu itu ada dalam sepi, susu kata, dan
juga susu rindu. Menarik sekali susu yang dipakai oleh Joko Pinurbo, susu sepi
sebuah metafora yang yang memandang betapa pentingnya sebuah sepi. Dari sepi
akan bisa melihat hakikat diri kita sebagai seorang manusia. Susu kata sebuah metafora
yang di dalamnya berharap bahwa kata-kata yang digunakan manusia bisa
memberikan makna kehidupan dan kata-kata yang dikeluarkan memiliki kekuatan.
Metafora susu rindu lebih menekankan agar manusia memiliki rasa rindu. Rindu
pada kasih sayang, rindu pada kebenaran, rindu pada kehidupan yang damai.
Dengan harapan agar tidak ada anak hilang. Anak hilang mengindikasikan betapa
jauhnya kasih sayang itu, syukurlah sang anak bisa menemukannya di di dalam
ikatan cinta ibunya. Joko Pinurbo menggunakan metafora kancing baju ibunya
sebagai ilustasi merajut kasih sayang seorang anak dengan sang ibu. Perhatikan
puisi di bawah ini:
Susu
Surga
seorang bayi ada di susu ibu.
Kelak
surga itu muncul di susu-susu lain
susu
sepi, susu kata, susu rindu
Di
sebuah peluk ada anak hilang
Menemukan
kembali kancing baju ibunya.
(Surat Kopi, 2014; 27)
Kumpulan Bulu Matamu Padang Ilalang
mengungkapkan betapa beban tugas yang diemban oleh seorang ibu amat berat
sekaligus mulia dan suci. Sebuah luka bermakna derita hidup manusia harus
dibenahi oleh seorang ibu. Derita berat hendaknya diselesaikan dengan kekuatan
‘kawat-kawat baja’ meskipun penuh dengan tantangan dan beragam godaan. Akan tetapi,
seorang ibu tidak akan berdiam diri. Ia akan berjuang demi cinta dan kasih
sayang pada kehidupan. Joko Pinurbo mengungkapkannya seperti dalam puisi di
bawah ini.
Malam Ibu
Ibu
yang menjahit luka
dengan
kawat-kawat baja
di
bawah lampu
yang
hampir padam...
ibu
yang merajut cinta
dengan
kabel-kabel listrik
di
kantuk mata
yang
hampir khatam...
(Bulu Matamu Padang Ilalang,2014:
25)
Kekuatan cinta seorang ibu mampu
menghapuskan derita hidup manusia. Lewat cintanya yang suci merajutkan kasih
sayang pada sesama. Kasih sayang dan cinta membebaskan manusia dari beragam
derita yang dialami. Meskipun diakui kasih sayang dan cinta seorang ibu tidak
akan mampu dibalas oleh seorang anak. Harapan Joko Pinurbo agar cinta dan kasih
sayang ibu merambat dalam sisi-sisi kehidupan umat manusia karena cinta dan
kasih sayanglah yang menjadikan bahwa manusia itu menyadari hakikat dirinya
yang sejati.
Labels: Esai