Penjabaran
Siwaratri dalam Pendidikan
IBW
Widiasa Keniten
Siwaratri (malam Siwa) sebagai salah satu hari raya agama
Hindu. Siwalatri jatuh pada panglong ping
14 sasih kapitu (hari keempat belas menuju bulan mati pada bulan ketujuh,
perhitungan bulan Bali). Untuk tahun ini, jatuh pada Jumat, 8 Januari 2016.
Umat Hindu biasanya merayakannya dengan melakukan sambang semadi
(perenungan) memuja kebesaran Tuhan
dalam manifestasinya sebagai Siwa. Diharapkan umat Hindu bisa merayakannya
dengan memuja kebesaran Dewa Siwa pada saat Siwaratri. Kisah Siwalatri
dilatarbelakangi dengan kisah Lubdaka yang bersyukur mendapatkan karunia Siwa
pada saat Dewa Siwa melakukan Yoga Semadi.Lubdaka dikisahkan ikut serta dalam Malam
Siwa. Secara tersirat berarti Lubdaka saat itu juga memuja Siwa.
Beberapa tetua mengatakan bahwa Lubdaka adalah kita.
Manusia yang selalu mencari hakikat Sang Diri. Sang diri dalam hal ini adalah
kesejatian atma yang murni. Atma yang bisa bertemu dengan paramatma dalam wujud
Dewa Siwa. Pertemuan atau penunggalan dengan Dewa Siwa diwujudkan dalam bentuk
Malam Siwa (Siwaratri). Patutlah bersyukur karena Hindu memiliki hari yang
khusus untuk memuja Dewa Siwa.
Pelaksnaan Siwaratri perlu dijabarkan terus karena di
dalamnya memuat nilai-nilai spiritual yang amat tinggi. Lembaga pendidikan
sebagai salah satu tempat penjabaran nilai-nilai spiritual sudah sepantasnya
menjalankannya sehingga peserta didik bisa merasakan bahwa nila-nilai kesucian
itu terpancar dari Malam Siwa. Sekolah bisa melaksanakan Malam Siwa secara
terprogram lebih-lebih sekolah yang mampu menghadirkan pedharmawacana yang mampu memberikan pencerahan rohani kepada
peserta didik. Peserta didik pada masa sekarang amat memerlukan sentuhan
nilai-nilai spiritual sehingga bisa menjalani kehidupan yang bermoral sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Sekolah yang bisa seperti ini niscaya
akan melahirkan anak-anak bangsa tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan juga
mengimplementasikan ilmu pengetahuan itu berdasarkan nilai-nilai humanis
spiritual.
Siwaratri dalam dunia pendidikan bisa diwujudkan dengan beragam
kegiatan.Selain kegiatan di atas, kegiatan itu misalnya melakukan
persembahyangan pada pura-pura yang dekat dengan sekolah. Hal ini akan
mendekatkan peserta didik dengan masyarakat sekitarnya. Peserta didik merasa
memiliki tempat suci dan ikut bertanggung jawab terhadap keberadaannya.
Syukur-syukur jika pada saat melakukan persembahyangan Jro Mangku yang mengantarkan pemujan bisa memberikan sekadar
pencerahan. Kedekatan peserta didik dengan lingkungan lebih-lebih dengan
lingkungan spiritual paling tidak bisa mengurangi hal-hal kurang konstruktif
dalam dirinya. Pengenalan spiritual dengan terjun langsung akan lebih dirasakan
oleh peserta didik jika dibandingkan dengan berteori tentang spiritual.
Ibaratnya belajar berenang, peserta didik langsung berenang dalam kolam renang
berair spiritual.
Memang harus diakui menumbuhkan spiritual dalam masa sekarang
khsusnya dalam dunia pendidikan amat banyak tantangannya. Dunia globalisasi
membawa dampak yang tidak sedikit terhadap perubahan pola pikir, pola sikap,
dan pola keyakinannya terhadap kebesaran Tuhan. Akan tetapi, sekolah tentu
tidak akan berhenti mengupayakan agar anak didiknya selalu berjalan dalam
koridor kebenaran yang bermoral sehingga anak-anak tercinta bisa menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Sekolah yang mencanangkan program Siwaratri patut
bersyukur karena bisa jadi peserta didik akan memiliki ide, gagasan untuk
menyempurnakan program Siwaratri selanjutnya. Jika ini terwujud, berarti
program sekolah dengan peserta didik ada kesesuaian dan ditekankan bahwa
peserta didik tetap menjaga nilai-nilai kesucian dari Siwaratri.
Pemujaan terhadap Tuhan yang diimplemnetasikan akan
dirasakan lebih lama oleh peserta didik. Siwaratri sebagai salah satu wujud
memuja kebesaran Tuhan. Pelaksanakan Siwaratri perlu menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Perayaan yang bernuansa pendidikan menjadikan hati nurani
peserta didik akan tersentuh. Kegiatan Siwaratri di sekolah-sekolah bisa
meningkakan nilai-nilai spiritual dalam diri peserta didik. Sembahyang di
Pura-pura dekat sekolah secara tidak langsung mendekatkan diri dengan Tuhan dan
mendekatkan diri dengan masyarakat sekitarnya. Siwaratri sebagai wahana
mendekat diri dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan.
Labels: Esai